SIMPANAN AIR DALAM TANAH
Air esensial
untuk kehidupan, dan pemahaman mengenai sifat dasarnya esensial untuk
mempelajari tanah dan tanaman. Meskipun
air merupakan senyawa yang dapat ditemukan dimana-mana, pada kenyataannya air
merupakan senyawa yang tidak biasa. Bila
dilihat dari rumus kimianya (H2O) maka air pada temperatur normal
harus dalan bentuk gas bukan cair. Hal
ini dan sifat air lainnya yang tidak umum dapat dijelaskan dengan mempelajari
struktur dan ikatan molekul air.
Struktur molekul, polaritas dan ikatan hydrogen
Molekul air
memiliki struktur yang asimetris antara atom-atom hidrogen dan oksigen seperti
yang terlhat pada Gambar 6.2. Ikatan
H-O-H tersusun dengan sudut 105o dan ini berarti kedua atom hydrogen
berada pada satu sisi dan atom oksigen pada sisi yang lainnya.
Molekul air
secara elektrik bersifat netral tetapi atom oksigennya memiliki kekuatan
atraktif yang relative besar dengan kedua elekron tunggal hidrogen tertarik
kearah atom oksigen. Hal ini menyebabkan sisi ion hidrogen sedikit bermuatan
positif dan sisi ion oksigen sedikit bermuatan positif. Sehingga air dikatakan bersifat bipolar.
Sifat alami kutub polar molekul air menyebabkan
molekul air akan terorientasi baik ketika dalam fase cair maupun padat,
sedemikian rupa sehingga atom oksigen dari satu molekul air berdekatan dengan
atom hidrogen dari molekul air yang lainnya (Gambar 6.3). Hal ini menyebabkan terjadinya ikatan antara
molekul individual yang disebut dengan ikatan
hidrogen. Setiap atom hidrogen
berbagi dalam dua ikatan, satu ikatan kovalen bersama oksigen dalam molekul
yang sama dan ikatan yang lain bersama oksigen dari molekul lain yang
berdekatan.
Ketika
menjadi es, ikatan hidrogen mengikat molekul-molekul air secara bersama-sama
dalam struktur tetrahedral yang kaku.
Dalam bentuk cair, struktur ini tidak begitu nampak tetapi ikatan
hidrogen tetap mengikat molekul-molekul air ini untuk tetap bersama dan
mempertahankan air dalam bentuk cairan pada temperatur normal. Panas yang dibutuhkan untuk mendidihkan air digunakan
untuk memutus ikatan hidrogen ini dan menghancurkan struktur inter molekular menghasilkan
molekul air yang terpisah menjadi gas.
Adesi, Kohesi dan Tegangan Permukaan
Kutub alami
air menghasillkan gaya atraksi antara molekul air yang satu dengan yang lainnya
(disebut kohesi) dan gaya atraksi antara molekul air dengan permukaan lain,
seperti gelas atau liat (disebut adesi).
Adesi dan kohesi penting diantara berbagai hal lainnya karena keduanya
memampukan tanah untuk menyimpan air.
Gambar 6.4 menunjukkan bagaimana sejumlah molekul air terikat
kepermukaan mineral tanah dengan gaya adesi sedangkan yang lainnya terikat
dengan sesama molekul air melalui gaya kohesi.
Dalam tubuh
air, besar gaya kohesi yang beraksi pada setiap molekul sama pada segala arah,
sebagaimana ditunjukkan oleh panah atau vektor pada Gambar 6.5. Namun demikian
pada permukaan, molekul air memiliki gaya atraksi yang lebih besar dengan
molekul-molekul air yang berada dalam larutan dari pada dengan molekul udara
yang ada diatasnya
Hal ini
menyebabkan molekul-molekul air yang berada dekat dengan permukaan memiliki
energi yang lebih besar dibandingkan dengan molekul air yang lainnya. Untuk meminimalkan energi, area permukaan
diminimalkan. Hal ini seperti area permukaan dilapisi ‘kulit’ dengan gaya
tegang untuk meminimalkan area.
Kapilaritas
Apabila
sebuah pipa kecil dibenamkan kedalam bak air seperti terlihat pada Gambar 6.6 ,
maka air akan bergerak keatas kedalam pipa, diatas tinggi permukaan air
bebas. Penomena ini disebut dengan kapilaritas.
Kapilaritas bisa terjadi karena gaya adesi air dengan permukaan pipa dan gaya
kohesi molekul air yang satu dengan lainnya.
Bentuk
meniskus dalam pipa kapiler pada Gambar 6.6 menunjukkan kalau tekanan air di
dalam pipa (Pw) lebih kecil dari tekanan atmosfir (Pa)
dan lebih keci dari tekanan air bebas yang berada diluar pipa. Tekanan air diluar pipa yang relatif lebih
besar (sama dengan Pa) dibanding tekanan air yang berada dibawah
meniskus (sama dengan Pw) menyebabkan air bergerak kedalam pipa kapiler. Gerakan air keatas ini akan berlangsung terus
hingga berat air didalam pipa kapiler mampu mengimbangi perbedaan tekanan
antara Pa dan Pw.
Semakin kecil jari-jari internal pipa akan semakin besar tinggi
air dalam pipa, dan tinggi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut:
h = 2g
rρwg
dengn h adalah tinggi
kenaikan kapiler pada pipa, g sebagai tegangan permukaan , r
adalah jari-jari pipa, ρw adalah
densitas air, dan g adalah gaya gravitasi.
Untuk air maka persamaan ini menjadi:
h = 0.15
r
Dengan h dan r keduanya dalam cm.
Karena ada
tekanan negatif dibawah meniskus (misalnya Pw< Pa),
maka air berada dalam kondisi hisapan
atau tension.
Prinsip
kapilaritas menerangkan mengapa tanah mampu untuk memegang air melawan gaya
gravitasi. Walaupun pori yang memegang
air tidak simetris sebagaimana pada model pipa kapiler, tinggi dan hisapan yang
dialami air akan lebih besar pada tanah dengan pori kecil dibanding tanah
dengan pori yang besar (Gambar 6.7).
Pada tanah
jenuh air bebas berada pada pori makro tetapi pada kondisi tidak jenuh pori ini
kosong dan air berada pada pori yang lebih kecil dan dalam kondisi terhisap.
POTENSIAL AIR TANAH
Para ilmuwan
telah mengadopsi konsep energi potensial yang terkait dengan air untuk mengerti
kompleksitas air dalam sistem tanah-tanaman-atmosfir. Contoh berikut dapat digunakan untuk
menerangkan konsep tersebut.
Air yang
tersimpan dalam bendungan hidro elektrik pada Gambar 6.9 memiliki energi
potensial karena posisinya yang relatif tinggi dibandingkan dengan bangunan
pembangkit listriknya. Air dalam bendungan
memiliki ‘kemampuan untuk melakukan kerja’ dan energi potensialnya pada
akhirnya dapat menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Air dalam
tanah juga memiliki energi potensial, walaupun jumlahnya sangat kecil, dan
seperti air dalam bendungan air dalam tanah juga mengalir dari tempat dengan
potensial tinggi ke tempat dengan potensial rendah. Kata potensial
digunakan sebagai singkatan daro ‘energi potensial’ dalam fisika tanah. Ketika air bergerak dari suatu sistem yang
setimbang kesistem lainnya maka ada perubahan level energi pada setiap sistem.
Pendekatan
dengan potensial energi untuk mengerti air tanah memberikan dasar yang kuat
untuk menyelidiki banyak aspek air dalam tanah.
Pendekatan ini merupakan alat yang berguna untuk mempelajari tahanan
air, gerakan air, dan serapan air oleh tanaman.
Konsep dasar yang penting untuk diingat adalah air bergerak dari tempat
dengan potensial tinggi ke tempat dengan potensial rendah.
Pada contoh
air di bendungan hidro elektri, bukan tinggi absolut air diatas permukaan laut yang
penting melainkan tinggi diatas bangunan pembangkit listrik yang menentukan
potensial energinya. Serupa dengan hal
tersebut, untuk air tanah, bukan jumlah energi absolutnya yang penting tetapi
jumlah relatifnya. Energi potensial yang
disimpan air tanah diekspresikan relatif terhadap tubuh air hipotetis pada
tekanan atmosfir dan temperatur yang sama, dan pada tinggi referensi tertentu.
Sebagai contoh pada Gambar 6.10,
referensi dari tubuh air berada pada dasar profil tanah. Air akan bergerak dari level A yang berada
pada permukaan tanah, ke level B yang berada pada titik referensi. Karena air bergerak dari potensial tinggi
kepotensial rendah.
Pada tanah
tidak jenuh air dapat bergerak dari level B ke level yang lebih tinggi di titik
C jika titik C memiliki potensial yang lebih rendah daripada titik B. Hal ini tidak akan terjadi bila potensial
hanya tergantung pada ketinggian relatif (atau kekuatan gravitasi). Air yang bisa bergerak keatas, kesamping (misalnya kearah akar tanaman) maka potensial
harus tergantung kepada kekuatan lain selain gaya gravitasi.
Potensial
Air Tanah Total (ψt)
Potensial air
tanah total merupakan jumlah semua kekuatan yang bekerja terhadap air tanah:
ψt = ψg + ψm + ψp
+ ψs + ...
Dengan ψt adalah potensial total, ψg adalah potensial gravitasi, ψm adalah potensial matrik, ψp adalah potensial tekanan, ψs adalah potensial larutan, dan titik-titik menunjukkan
potensial lainnya yang sebagian besar tidak signifikan dan dapat diabaikan pada
saat ini.
Potensial
Garvitasi (ψg)
Potensial
gravitasi didefinisikan sebagai:
ψg = ρwgz
Dengan ρwg adalah densitas air, g adalah percepatan gravitasi, dan z tinggi diatas titik referensi
(lihat Gambar 6.10).
Secara
informal potensial gravitasi adalah jumlah kerja yang dapat dilakukan oleh air
untuk bergerak dari suatu lokasi di kedalaman z ke titik referensi yang
memiliki air yang identik. Jika
referensi ditetapkan dibawah permukaan tanah, seperti pada Gambar 6.10, maka
setiap air bebas yang terletak diatas titik referensi akan memiliki potensial
positif. Dengan kata lain air tersebut
dapat melakukan kerja untuk bergerak kearah garis referensi. Apabila air berada dibawah garis referensi
maka kerja harus dilakukan terhadap air untuk menggerakkan air tersebut ke arah
garis referensi untuk melawan gaya gravitasi, dan potensial gravitasinya
negatif.
Potensial
Matriks (ψm)
Potensial
matrik terjadi karena adanya gaya adhesi dan kapilaritas yang terjadi dalam
tanah. Gaya ini terjadi karena interaksi
antara air tanah dengan partikel padatan tanah (matrik tanah).
Air terikat
kuat dalam tanah karena adanya adsorpsi oleh partikel tanah dan gaya
kapilaritas dalam pori sehingga perlu dilakukan kerja terhadap air ini untuk
memindahkannya. Air yang teradsorpsi
pada permukaan atau terikat karena kapilaritas dengan demikian memiliki
potensial lebih rendah daripada air bebas sebagai referensi. Hal ini berarti potensial matrik selalu
bernilai negatif.
Air bebas
akan cepat diabsorpsi tanah kering karena marik potensial tanah yang kering
lebih rendah. Begitu pula air akan
bergerak dari zona lembab dalam tanah ke zona yang lebih kering karena air
bergerak dari zona dengan potensial matrik tinggi ke yang lebih rendah. Hal ini diilustrsikan dalam Gambar 6.11 yang
menunjukkan air bergerak dari zona lembab kearah zona potensial matrik lebih
rendah tempat terjadinya evaporasi dan serapan air oleh tanaman.
Potensial
matrik merupakan hal yang penting dalam tanah karena potensial ini yang akan
selalu dihadapi tanaman dalam usahanya menyerap air. Ketika air diserap tanaman maka air yang
tertinggal akan berada pada potensial matrik yang lebih rendah, sehingga
tanaman semakin sulit untuk menyerapnya.
Potensial
Tekanan (ψp)
Potensial
tekanan dalam tanah selalu berada dalam keadaan positif dan terjadi sebagai
akibat adanya tekanan hidraulik. Sebagai
contoh pada setiap titik yang berada dibawah muka air tanah yang jenuh ada
potensial tekanan yang dihasilkan oleh tekanan hidraulik (misalnya kedalaman
dibawah muka air tanah pada Gambar 6.12).
Potensial tekanan
tidak dipengaruhi oleh matrik tanah dan pada kondisi tidak jenuh potensial
tekanan selalu nol.
Potensial
Larutan (Osmotik) (ψs)
Potensial
osmotik terjadi karena adanya pengaruh bahan-bahan terlarut dalam larutan
tanah. Bahan terlarut seperti ion atau
molekul menarik air melalui proses hidrasi dan ini menurunkan energi potensial
dari air yang terhidrasi.
Proses
osmosis dapat digunakan untuk menjelaskan perihal ini seperti yang terlihat
pada Gambar 6.13.
Membran yang
membatasi air murni dan larutan bersifat semi permeabel. Membran ini dapat melewatkan molekul air
tetapi tidak bahan terlarut. Molekul air
dapat bergerak kesemua arah. Namun
demikian molekul air akan semakin banyak molekul air yang bergerak dari air
murni menuju larutan daripada sebaliknya dengan bertambahnya waktu. Hal ini karena adanya hisapan osmotik larutan
dan berkurangnya energi dari air yang berasosiasi dengan molekul terlarut.
Dalam tanah
air akan bergerak dari tubuh referensi air murni kelarutan tanah. Agar proses ini bisa dibalik maka kerja harus
dilakukan untuk mengatasi potensial osmotik. Potensial osmotik dalam tanah
dengan demikian selalu negatif. Potensial osmotik tidak banyak berpengaruh
terhadap gerakan air dalam tanah tetapi sangat penting bagi serapan air oleh
tanaman.
Sebagai
contoh dari pengaruh ekstrim potensial osmotik terhadap tanaman bisa dilihat
pada tanaman yang tumbuh di tanah salin. Konsentrasi garam yang tinggi dalam larutan
tanah berarti tanaman tidak dapat dengan mudah mengambil air. Apabila kadar garam dalam tanah terlalu
tinggi maka potensial air mungkin akan terlalu rendah sehingga tanaman bisa
memiliki potensial osmotik yang raltif lebih tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan air mengalir dari
tanaman kedalam tanah sehingga bisa menyebabkan kematian tanaman.
Unit
Potensial Air Tanah
Potensial
matrik dan osmotik selalu bernilai negatif sehingga seringkali dikenal dengan
‘hisapan’ atau ‘tension’. Hisapan atau
tension selalu diekspresikan dengan nilai positif.
Tabel 6.1: Tingkat energi potensialair tanah dalam unit berbeda dan
kaitannya dengan ukuran pori maksimum yang terisi penuh air pada setiap hisapan
Potensial air tanah
|
Hisapan air tanah
|
Perkiaraan diameter pori yang
terisi penuh air
m
|
||
Basis Volume
(kPa)
|
Basis Massa
(J kg-1)
|
Tinggi hidraulik (cm H2O)
|
Tekanan
(bar)
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Semua pori
|
-1
|
-1
|
10.2
|
0.01
|
300
|
-5
|
-5
|
51.0
|
0.05
|
60
|
-10
|
-10
|
102.0
|
0.1
|
30 (a)
|
-100
|
-100
|
1020
|
1.0
|
3
|
-500
|
-500
|
5100.0
|
5.0
|
0.6
|
-1000
|
-1000
|
10200.0
|
10.0
|
0.3
|
-1500
|
-1500
|
15300.0
|
15.0
|
0.2 (b)
|
(a)
= Hampir sama
dengan kapasitas lapang untuk sebagian besar tanah
(b)
= Hampir sama
dengan titik layu permanen
PENGUKURAN POTENSIAL AIR TANAH
Pengukuran
potensial air tanah akan memberikan informasi yang sangat berguna tentang ketersediaan
air bagi tanaman dan arah aliran air dalam tanah.
1. Metode Tensiometer. Tensiometer
telah banyak digunakan secara sukses untuk jadwal irigasi dan ewakili salah
satu contoh terbaik transfer prinsip sains dan teknologi kepada petani.
Tensiometer
pada Gambar 6.14 terdiri dari cawn berpori terhubung dengan sebuah tabung
dengan meteran vakum. Peralatan ini
diisi dengan air dan dipasang secara hati-hati kedalam tanah untuk memastikan
adanya kontak yang baik antara cawan dengan tanah disekelilingnya.
Pada tanah yang kering sejumlah air
akan dihisap keluar dari dalam cawan.
Hisapan ini akan terbaca pada meteran. Terkait dengan potensial air tanah
maka potensial air dalam tensiometer lebih tinggi dari pada air yang ada dalam
tanah sehingga air mengalir keluar ketanah disekitarnya. Semaikin kering tanah akan semakin besar
gradien potensial dan tinggi hisapan pada meteran. Perubahan potensial matrik tanah karena air
diserap tanaman atau irigasi dapat dimonitor dengan tensiometer.
Pengukuran
dengan tensiometer hanya terbatas pada potensial matrik -80 kPa (hisapan
<0.8 bar). Namun ini tidak mengurangi
manfaatnya bagi penjadwalan irigasi karena dibanyak tanah kisaran 0 sampai -80
kPa merupakan cerminan 50% dari jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Tensiometer tidak mengukur kandungan air
tanah secara langsung, namun nilai ini dapat dikalibrasi.
2. Blok Resistan Elektrik. Blok berpori dengan electrode yang terbungkus
didalam (Gambar 6.15) dapat digunakan untuk mengukur kisaran potensial air
tanah diluar kisaran yang dapat diukur oleh Tensiometer (<-80 kPa).
Konduktivitas elektrik dari Blok berpori yang terbuat dari gypsum tergantung
dari jumlah air yang berada diantara electrode.
Ketika dipasang didalam tanah, jumalh air dalam blok berpori ini
tergantung pada jumlah air yang berada dalam tanah disekitarnya. Sehingga dengan kalibrasi yang sesuai,
pengukuran resistan elektrik dari blok dapat menunjukkan matrik potensial
tanah.
Keterangan
Gambar 6.15: Blok gypsum untuk mengukur potensial air tanah yang rendah. Resistan elektrik diukur oleh dua kawat yang
terbungkus dalam blok gipsum. Karena air dalam blok berada dalam keseimbangan
dengan air tanah maka semakin kering tanah semakin besar resistan antara kedua
kawat.
HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN DAN POTENSIAL AIR TANAH (THE MOISTURE CHARACTERISTIC CURVE=MOISTURE RETENTION CURVE)
Hubungan
antara kandungan air tanah dan potensial air tanah memberikan informasi yang berguna tentang
kapasitas memegang air tanah “water holding
capacity” dan karakteristik drainase tanah.
Jumlah air
yang ditahan oleh tanah pada potensial tertentu sangat tergantung pada textur
dan struktur tanah karena sifat tanah ini menentukan berapa ukuran pori tanah
dan dengan demikian jumlah air yang ditahan tanah.
Jumlah air
yang dapat ditahan tanah pada kisaran potensial tertentu dapat diukur dengan
menerapkan hisapan pada tanah untuk mengatasi gaya kapilaritas dan adhesi yang
menahan air. Hal ini dapat dicapai
dengan menggunakan alat seperti pada Gambar 6.16.
Contoh tanah
utuh yang diambil dilapangan dijenuhkan dengan air dan ditempatkan pada plat
berpori pada meja hisapan. Ketika kolum
air sama tinggi dengan tanah maka semua pori akan penuh terisi air. Ketika kolum air diturunkan maka tercipta
hisapan yang dapat mengeluarkan air dari pori tanah yang berukuran besar. Ketika hisapan (setara
dengan tekanan potensial negatif) ditingkatkan dengan cara semakin
menurunkan kolum air maka air yang berada pada pori yang semakin kecil (pori dengan potensial air yang semakin rendah)
secara bertahap dikeluarkan Kehilangan
air pada setiap hisapan dapat secara mudah diukur dengan menimbang kembali
berat contoh tanah ketika air telah berhenti keluar pada setiap hisapan.
Diameter pori
terbesar yang tetap terisi air penuh (d) pada hisapan tertentu (h) dapat dihitung
dengan pendekatan:
d(cm) = 0.3
h(cm)
Teknik
hisapan hanya terbatas pada hisapan kurang dari 1 bar. Air yang tertahan pada potensial yang lebih
rendah (misalnya <-100kPa) harus dikeluarkan dengan cara yang berbeda. Hal ini melibatkan transfer contoh tanah utuh
tadi keperalatan plat tekan “pressure-plate”
yang dapat dilihat pada Gambar 6.17.
Peralatan ini
terdiri dari plat berpori yang memisahkan bagian atas yang bertekanan dan
bagian bawah yang tidak bertekanan.
Ketika bagian atasnya di diberi tekanan, air yang berada dalam contoh
tanah dipaksa mengalir kebagain bawah yang berada dalam tekanan atmosfir.
Peningkatan tekanan udara pada air tanah secara efektif meningkatkan
potensialnya diatas air bebas yang berada dibawahnya sehingga menyebabkan air
mengalir kebawah.
Hubungan
antara jumlah air yang ditahan tanah dan potensial air tanah disebut Karakteristik
Kelembaban “Moisture Characteristic”
dan biasanya digambarkan dalam bentuk kurva sebagai contoh pada Gambar 6.18.
1. Tanah Liat pada Gambar 6.18 memiliki kandungan air
yang lebih tinggi pada setiap potensial dibanding tanah pasir karena liat
memiliki tekstur yang lebih halus dengan pori yang lebih kecil sehingga
sejumlah besar air yang ditahan berada pada potensial yang lebih rendah. Tanah berpasir terdiri dari pori yang besar
dan air dalam pori ini dapat dikeluarkan pada hisapan yang relatif rendah.
2. Bentuk kurva tanah berpasir mencerminkan kisaran
ukuran pori yang sempit dan sebagian besar akan kosong pada atau disekitar
hisapan yang sama (misalnya 0.1 bar di Gambar 6.18). Tanah liat memiliki kurva yang lebih bertahap
yang mencerminkan distribusi ukuran pori yang lebih seragam/
Struktur
tanah mempengaruhi bentuk kurva karakteristik kelembaban pada hisapan rendah
(misalnya 0.1 bar) karena ini merupakan bentuk dan susunan dari unit struktural
yang terutama menentukan volume pori makro.
Perbedaan antar tanah pada hisapan rendah memberikan informasi tentang
kapasitas relatif drainase dan aerasi tanah.
Bentuk kurva
karakteristik kelembaban juga tergantung pada apakah pori tanah dikosongkan
atau diisi air. Hal yang paling umum
terjadi adalah desorpsi “desorption” atau kurva pelepasan
kelembaban “moisture release curve”
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Namun demikian hubungan antara potensial matrik tanah dan kandungan air
tanah juga dapat diukur dengan serangkaian pembasahan kembali tanah. Keseimbangan kandungan air tanah pada hisapan
tertentu selalu lebih rendah pada kondisi pembasahan (sorption) dari pada
kondisi pengeringan (desorption). Fenomena
ini dikenal dengan hysteresis (Gambar
6.19).
Histeresis
bisa terjadi dilapangan dan sepertinya dapat mempengaruhi akurasi perhitungan
kelembaban tanah yang mengalami serangkaian pembasahan dam pengeringan. Hal ini juga mempengaruhi kondisi aliran air
dalam tanah. Histeresis terjadi karena:
i.
Bukaan sempit
pada berbagai pori tanah (disebut pengaruh botol tinta
‘ink bottle’).
ii.
Udara
terperangkap pada proses pembasahan, dan
iii.
Perubahan
orientasi partikel berukuran liat selama pembasahan dan pengeringan.
KLASIFIKASI DAN SIMPANAN AIR TANAH
Klasifikasi Air Tanah
Konsep
potensial air tanah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya memungkinkan
adanya definisi yang tepat tentang status air tanah. Namun demikian pada situasi praktis beberapa
konsep umum akan digunakan. Untuk
menjelaskan hal tersebut maka akan sangat berguna bila dipertimbangkan kondisi
suatu tanah yang baru saja menerima tambahan air baik dalam bentuk hujan atau
irigasi sebagaimana yang terlihat pada Gambar 6.20.
Istilah berikut sering digunakan untuk menjelaskan status kelembaban tanah:
Jenuh (s)
Pada akhir
irigasi, air akan menggantikan hampir semua udara yang berada pada top soil dan
drainase akan terjadi melalui pori makro.
Tanah lapang biasanya akan memiliki udara terjerap didalamnya dan jarang
benar-benar dalam keadaan jenuh sempurna dan jarang sekali kondisi ini akan
terjadi. Namun demikian jenuh bisa
dijelaskan secara longgar sebagai jumlah air dalam tanah ketika semua pori
terisi penuh dengan air dan tidak ada lagi udara yang tersisa. Bagi sebagian besar tanah hal ini merupakan
kondisi sementara karena drainase memungkinkan udara untuk kembali masuk
kedalam pori makro. Potensial matrik
pada kondisi jenuh adalah nol.
Kapasitas Lapang (KL)
Ketika
penambahan air dihentikan, air yang berada pada pori makro (air yang berada
pada potensial tertinggi) bergerak keluar dengan cepat. Setelah beberapa waktu kira-kira 1-2 hari,
drainase cepat pori makro selesai dan tanah dalam kondisi ‘Kapasitas Lapang’ (Gambar
6.20). Walaupun tidak mungkin untuk
mendefinisikannya secara tepat, kapasitas lapang dapat diterangkan sebagai
kondisi tanah ‘setelah drainase cepat
secara efektif telah berhenti dan kandungan air tanah relatif stabil’.
Drainase
bebas menyebabkan tanah dapat mencapai kapasitas lapang relatif cepat tetapi
bila ada halangan terhadap gerakan air, seperti lapisan liat, maka untuk
mencapai kapasitas lapang dibutuhkan waktu yang lebih lama, itupun bila dapat
dicapai. Kapasitas lapang bukanlah kondisi
yang benar-benar ekuilibrium tetapi kondisi ini dapt ditetapkan dengan cara
memonitor perubahan kandungan air dilapang setelah kondisi jenuh.
Metode
laboratorium untuk menentukan kapasitas lapang tidak selalu akurat karena
adanya diabaikannya perubahan tekstur dan struktur dalam profil, padahal keduanya
mempengaruhi drainase dan simpanan air.
Namun demikian, kapasitas lapang seringkali dihubungkan dengan kadar air
pada potensial -10 kPa, walaupun potensial yang paling sesuai untuk tanah
tertentu bisa berada pada kisaran -5 hingga -20 kPa (setara dengan hisapan
0.05-0.2 bar).
Sampel jumlah
air yang diikat tanah pada kapasitas lapang pada berbagai macam tanah dapat
dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2.
Kandungan Air (%,v/v) Beberapa Macam Jenis Tanah
Tipe Tanah (Horizon A)
|
Kapasitas
Lapang
|
Titik Layu
Permanen
|
Kapasitas Air
Tersedia
|
Conroy Sandy Loam
|
29.4
|
7.0
|
22.4
|
Stratford Sandy Loam
|
51.5
|
28.4
|
23.1
|
Timaru Silt Loam
|
36.1
|
14.5
|
21.6
|
Marton Silt Loam
|
42.2
|
18.9
|
23.3
|
Templeton Sil Loam
|
33.8
|
15.5
|
18.3
|
Dannevirke Silt Loam
|
44.7
|
23.8
|
20.9
|
Temuka Silt Loam
|
47.0
|
23.9
|
23.1
|
Taita Clay Loam
|
42.3
|
20.8
|
21.5
|
Hamilton Clay Loam
|
36.3
|
18.5
|
17.7
|
Waiareka Clay
|
51.6
|
32.1
|
19.4
|
Rautangata Clay
|
43.7
|
24.9
|
18.7
|
Egmont Black Loam
|
44.2
|
24.3
|
19.9
|
Titik Layu Permanen (TLP)
Absorpsi air
oleh tanaman dan evaporasi menyebabkan tanah mengering berada dibawah kapasiras
lapang (Gambar6.20). Dengan kejadian
tersebut, air yang tersisa dalam tanah akan semakin sulit untuk diserap karena
terikat dalam kondisi hisapan yang semakin besar (potensial semakin
rendah). Pada awalnya tanaman akan mulai
layu pada siang hari, ketika kebutuhan air terbesar, tetapi pada akhirnya
tanaman akan mencapai titik ketika tanaman layu baik siang maupun malam hari.
Situasi ini disebut ‘titik layu
permanen’ dan dapat dijelaskan sebagai ‘jumlah
air tanah ketika tanaman layu secara permanen’.
Seperti
halnya kapasitas lapang, titik layu permanen sulit untuk didefinisikan secara
tepat karena TLP beragam sesuai dengan sifat tanah, seperti kedalaman, dan
kondisi lingkungan tanaman. Namun
demikian, potensial air TLP umumnya terjadi pada potensial -1500 kPa (hisapan
15 bar). Air yang tersisa dengan
demikian diikat kuat pada pori mikro dan teradsorpsi oleh partikel tanah. Beberapa contoh jumlah air pada TLP dari
berbagai macam tanah diberikan pada Tabel 6.2.
Kapasitas Air Tersedia (KAT)
Kapasitas air
tersedia secara longgar dapat didefinisikan sebagai ‘jumlah air yang dapat
disimpan tanah untuk pertumbuhan tanaman’.
Secara angka sama dengan jumlah air pada kapasitas lapang (KL) dikurangi
jumlah air pada titik layu permanen (TLP):
KAT(%) = KL(%,v/v) – TLP(%,v/v)
Walaupun KAT
merupakan nilai pendekatan, nilai ini bermanfaat dalam membandingkan tanah yang
berbeda dan membantu penjadwalan irigasi.
Beberapa contoh KAT dari berbagai macam tanah diberikan pada Tabel 6.2.
Dari sudut
pandang konsep potensial air maka jelas semua air yang berada dalam kisaran KAT
tidak sama ketersediaanya bagi tanaman.
Air menjadi semakin sulit diserap dengan semakin dekat potensial air
kearah TLP (-1500 kPa).
Faktor-faktor
berikut mempunyai pengaruh besar terhadap ketersediaan air tanah:
(i) Tekstur. Sebagaimana ditunjukkan Gambar 6.21, secara umum
semakin halaus tekstur tanah maka semakin besar KAT. Pada pasir perbedaan antara KL dan TLP kecil,
sementara pada liat perbedaannya besar, sehingga memberikan KAT besar.
Gambar 6.21 juga menunjukkan perbedaan antara KL
dan TLP pada kenyataannya terbesar pada tekstur lempung berdebu. Lempung berdebu memiliki KAT lebih besar dar
clay karena tekstur ini memiliki nilai TLP yng lebih rendah, sedangkan nilai KL
serupa.
(ii) Bahan
organik. Pada sebagian besar
tanah ineral kontribusi utama bahan organik terhadap KATadalah dalam membantu
perkembangan dan pemeliharan struktur yang baik. Tanah mineral dengan kandungan bahan organik
tinggi memiliki KAT lebih besar dibanding dengan kandungan bahan organik
renday. Partikel organik menarik air
karena muatan permukaannya tetapi air ini umumnya ttidak tersedia bagai tanah
danpengaruhnya terhadap struktur tanah lah yang lebih penting.
(iii) Garam. Pengaruh garma dalam tanah telah didiskusikan di
bagaina sebelumnya. Konsentrasi garam
yang tinggi dapat menyebabkan potensial air menurun sehingga kurang tersedia
bagi tanaman. Konsentrasi garam tinggi
bisa terjadi secara alami atau secara lokal karena penambahan pupuk (misalnya
KCl).
Simpanan Air Dalam Profil
Jumlah air
tersedia yang dapat disimpan dalam sebuah profil tanah merupakan fungsi dari 6
faktor: tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, pelapisan profil dan
kandungan batuan, sebagimana dijelaskan dengan persamaan berikut:
Jumlah
Air Tersedia Dalam Profil Tanah
|
=
|
|
Ketiga faktor yang pertama telah didiskusikan pada bagian sebelumnya.
Kedalaman
Kedalaman
profil tanah didefinisikan sebagai keseluruhan volume tanah yang tersedia untuk
menyimpan air. Dengan asumsi semua
faktor lain konstan, tanah yang dalam mengikat air lebih banyak dari pada tanah
dangkal. Persamaan berikut dapat
digunakan untuk kalkulasi jumlah air tersedia yang dapat disimpan oleh tanah
dengan lapisan yang seragam.
Jumlah air
tersedia dalam lapisan tanah (mm)
|
= KL (%) – TLP (%)
xkedalaman lapisan (mm)
100
|
|
=KAT (%) x Kedalaman Lapisan
(mm)
100
|
Dengan KL dan TLP dalam kandungan air
volumetrik.
Jumlah total
air tersedia yang disimpan dalam profil tanah atau kedalaman perakaran tanaman
sama dengan jumlah air yang tersedia dalan setiap lapisan. Perkiraan jumah air
tersedia yang terikat dari berbagai macam tanah New Zealand diberikan pada
Tabel 6.2.
Berdasarkan
data pada Tabel 6.3 terlihat bahwa ada perbedaan besar dalam jumlah air
tersedia yang dapat disimpan pada berbagai tanah yang berbeda. Tanah organik
dapat menyimpan air tersedia dalan jumlah yang sangat besar sementara tanah
berlempung tidah dapat menyimpan air sebesar itu.
Kalkulasi
jumlah air tersedia yang dapat disimpan tanah sangat bermanfaat dalam
penjadwalan irigasi. Kapasitas produksi
suatu tanah akan sangat diapresiasi dengan lebih baik apabila kapasitan tanah
menyimpan air diketahui daripada kondisi klimat regional.
Kedalaman
efektif dari suatu profil bergantung pada kedalaman perakaran tanaman dalam
tanah.
Pelapisan profil Tanah
Lapisan liat
atau pan yang membatasi drainase secara efektif dapat menambah kapasitas tanah
menyimpan air. Pengaruh lapisan pasir
kasar dibawah tekstur tanah yang lebih halus seperti lempung berdebu dapat
menahan air untuk tidak terdrainase secara cepat tetapi air terakumulasi diatas
batas lapisan pasir karena pengaruh potensial air terhadap konduktifitas
hidraulik. Fenomena ini menyebabkan
banyak tanah yang berada diatas pasir atau batuan memiliki kapasitas menyimpan
air lebih tinggi daripada yang diharapkan dari persamaan Jumlah air yang
tersedia dalam profil.
Batuan
Profil tanah
yang mengandung batuan akan memiliki kemampuan menyimpan air yang lebih rendah
proporsional terhadap persentase batuan yang dikandungnya.
AIR DAN PERGERAKAN LARUTAN DALAM TANAH DAN
TANAMAN
Prinsip Pergerakan Air Dalam Tanah
Aliran Jenuh
Tanah dikatakan jenuh ketika semua pori
terisi air dan tidak ada lagi air.
Kondisi jenuh bisa terjadi pada seluruh profil tanah atau bagian yang
terisolasi profil tanah. Pada tanah yang
berdrainase buruk, subsoilnya bisa dalam keadaan jenuh sedangkan topsoilnya
tidak jenuh. Sebaliknya setelah terjadi
hujan besar topsoil bisa menjadi jenuh untuk ementara waktu sedangkan
subsoilnya tidak jenuh.
Pada kondisi drainase normal aliran air
mengarah kebawah, tetapi aliran air bisa juga horisontal pada kondisi tertentu.
Namun demikian karena tidak dibantu oleh gravitasi, laju aliran horisontal
biasanya lebih rendah dari pada aliran vertikal. Gambar ???menunjukkan pola khas aliran
melewati tanah sebagai akibat suplai air misalnya suplai irigasi.
Gambar??? Perbandingan aliran air melalui
tanah lempung berliat dan lempung berpasir.
Pergerakan air secara vertical dari titik infiltrasi adalah lebih
cepatpada lempung berpasir. Aliran
lateral yang ekstensif hanya terjadi pada tanah lempung berliat.
Laju aliran air
melalui tanah dapat dijelaskan dengan Hukum Darcy yang menyatakan bahwa fluks
air q proporsional terhadap gradient hidraulik dikalikan dengan konduktivitas
atau permeabilitas tanah:
|
(1)
|
Dengan adalah laju keluaran melalui penampang
melintang dengan luas A, adalah gradient hidraulik tanah.
Hal ini diilustrakan dengan Gambar???? Yang menunjukkan kolum tanah
dengan air tergenang dan drainase terjadi melalui tanah jenuh. Pada situasi ini tenega penggerak adalah
gradient hidraulik yang merupakan rasio dari selisih tekanan hidraulik ( dengan panjang kolum (.
Gambar??? Aliran air melalui kolum tanah
jenuh dibawah pengaruh gradient tekanan hidraulik (
Pernyataan yang
lebih umum dari Hukum Darcy dalam bentuk diferensial dan untuk aliran satu (-x)
dimensi dari persamaan ???? menjadi:
|
(2)
|
Konduktivitas hidraulik tanah (K) mewakili
kemampuan tanah untuk melewatkan air dan tergantung pada kealamian dari sistem
pori dalam tanah. Kondisi ini biasanya
diekspresikan dengn unit m s-1.
Kondisi ini sama dengan laju aliran per luas unit tanah (q) ketika
gradient hidraulik adalah satu. Tanda negative pada Persamaan 2 menurut
konvensi menunjukkan arah aliran air dari area dengan potensial lebih tinggi ke
area dengan potensial lebih rendah.
Konduktiviata hidraulik jenuh merupakan
pengukuran kapasitas drainase tanah yang penting. Tanah berpasir bisa memiliki nilai
konduktivitas hidraulik jenuh (Ks) 10-5 m s-1
sedangkan tanah liat dengan struktur buruk dapat memiliki nilai Ks 10-8
m s-1. Berdasarkan Persamaan
1, ketika tidak ada gradien tekanan atau tegangan (misalnya hanya gradient
gravitasi saja), laju maksimun aliran (q) melalui tanah berpasir adalah 36 mm
jam-1 sedangkan tanah berliat adalah hanya 0,036 mm jam-1.
Sehingga hujan sebesar 5 mm jam-1 akan menyebabkan genangan pada
tanah berliat tapi cepat terdrainase pada tanah berpasir.
Laju aliran per unit luas (q) mewakili
volume air yang keluar melalui area penampang melintang per unit waktu. Sehingga q memiliki unit m3 m-2 s-1 atau m
s-1. Hal ini seringkali dirujuk sebagai
‘fluks’ karena kecepatan aliran aktual air dalam pori sangat bervariasi,
tergantung dari ukuran pori tanah.
Laju aliran volume air melalui sebuah pori
(Q) adalah proporsional dengan pangkat empat dari radius (r ) pori:
|
(3)
|
Dengan adalah viskositas, adalah densitas air, g adalah percepatan karena gravitasi dan adalah gradien hidraulik sesuai
panjang pori.
Sehingga ukuran actual pori dalam tanah
dapat berpengaruh besar terhadap kapasitas hidrauliknya. Misalnya, sebuah pori dengan radius 1 mm akan
memiliki laju aliran 10 000 kali lebih cepat dari pada pori dengan radius 0,1
mm untuk tekanan jatuh hidraulik yang sama.
Kondisi ini perlu dipikirkan karena hal ini menjelaskan pori makro yang
relatif penting disbanding pori mikro dalam drainase tanah. Sebagai contoh 10 000 pori berradius 0,1 mm
dibutuhkan untuk menghasilkan kontribusi yang sama dengan konduktivitas
hidraulik dari satu pori tunggal berradius 1 mm.
Pengaruh struktur tanah yang besar terhadap
kisaran ukuran pori dari suatu tanah dengan demikian mempunyai pengaruh yang
besar terhdap konduktivitas hidraulik tanah.
Suatu tanah dengan struktur lempeng yang sangat ketat, misalnya, akan
memiliki konduktivitas hidraulik yang lebih rendah dibanding jenis struktur
granular yang porous dan terbuka. Cacing
dan organism tanah lainnya juga penting karena mereka dapat menciptakan saluran
yang relatif besar dalam tanah yang dapat memungkinkan aliran air yang cepat
pada kondisi jenuh. Hal yang serupa,
akar tanaman dapat menciptakan jalur yang relatif lebar melalui tanah yang
meningkatkan konduktivitas hidraulik.
Geometri sistem pori juga penting bagi
konduktivitas hidraulik Jika pori terorientasi secara vertical dan mendukung
rute yang relatif lurus dari atas ke bawah, sebagaimana Gambar 3a, maka laju
aliran melalui tanah akan cepat. Namun
demikian hal ini jarang terjadi dan sepertinya pori tersebut mengambil rute
yang berbelok-belok sebagaimana terlihat pada Gambar 3b. Semakin berkelok-kelok jalur melalui sistem
pori semakin rendah laju aliran.